Minggu, 08 Januari 2012

Hari Itu

Bismillah...

hari itu...
akan datang untukku
sejuta asa dan harapan
yang akan terukir
menghiasi
menjadi sebuah kejutan
untukku dan untuknya

indah dan perih
yang akan hadir
menemani hari itu
takkan terganti
takkan terelakkan
tak mudah memang...

ahh....ada Engkau...
ada untukku dan untuknya
menanti dan meniti
hari itu...

Senin, 21 November 2011

Renungan untuk Diri Ini...

Bismillah...

-Copas dari seorang teman dengan sedikit perubahan-

Special for my beloved friends in UKKI IKIP PGRI Semarang

Bagaimana bisa kita menyimpan rasa keDENGKIan dalam hati kita kepada sesama muslim??
Jika kita tidak terus menerus melawan rasa itu, lama kelamaan akan semakin mendalam dihati kita atau bahkan menimbulkan penyakit hati lainnya dalam diri kita..

Yaa memang sulit, krn syaithan tidak henti2nya membuat manusia jauh dari Allah, membuat manusia jauh dr teman2 yg baik...

Yuuk lihat surat al-Hasyr ayat 9.

Orang2 Anshar dahulu tidak menaruh kedengkian thdp orang2 Muhajirin..

Baarokallahu fiik...

♥ Di malam yang dingin menyejukkan, tiba-tiba teringat sahabat-sahabatku disini. Teringat saat-saat menyejukkan bersama kalian. Kaifa khaluk? :') ♥

-Mega Rahma Hapsari-

Sabtu, 13 Agustus 2011

Tersentuh...

Bismillah...
Assalamu'alaykum wr.wb.

Tersentuh... Yes,it is the title of this posting. Mengapa saya memilih judul "tersentuh"? Tak lain dan tak bukan karena saya memang baru saja "tersentuh".
Hehehe.... Pasti banyak yang bertanya-tanya, kalo ngliat judul ini. Tersentuh apa? Oleh siapa? Kenapa bisa tersentuh? Bagian mana yang tersentuh?Bla...bla...bla...
Well, sebelum postingan ini menjadi penuh karena pertanyaan-pertanyaan yang muncul gara-gara judul "tersentuh", baiklah...akan saya ceritakan "tersentuh" ini.
"Tersentuh" disini berkaitan dengan suatu kejadian yang saya alami pada hari eummm....errr.....apa ya,sshh...Aha! Hari Selasa, 9 Agustus 2011 tepatnya pada siang hari kira-kira jam setengah 3 kurang. Sebenernya ini bukan kejadian besar sih, bahkan boleh dibilang bukan sesuatu yang penting. Namun, entah kenapa kejadian kecil ini begitu membekas di benak saya.
Hal ini bermula ketika saya hendak berangkat ke tempat murid-murid saya buat bimbingan privat. Ketika saya sedang mengeluarkan motor dari garasi, saya mendengar sayup-sayup suara seorang wanita penjual keliling, "Bu... bantale,Bu...".Mulanya saya tidak tertarik, karena suara penjual-penjual keliling semacam sudah sering terdengar di lingkungan saya.
Namun, entah kenapa saya tertarik untuk mengetahui sumber suara tersebut...

Dan....
Setelah saya mencarinya....
Masya Alloh... Saya tak kuasa untuk membendung airmata...
Suara tersebut berasal dari seorang wanita tua renta, yang menggendong tumpukan bantal-bantal yang menggunung di pundaknya serta menenteng bantal-bantal lain di kedua belah tangan kurusnya. Seketika itulah airmata saya menetes... Hati saya tersentuh....
Bayangkan, di saat matahari masih bersinar dengan cukup terik, apalagi di bulan puasa seperti ini, ada seorang yang sudah masanya ia berstirahat, berjualan bantal-bantal dengan tanpa mengenal lelah...
Meskipun ia tidak tahu apakah bantal-bantal tersebut laku atau tidak, ia tetap bersemangat meneriakkan, "Bu... Bantale, Bu...". Berulang-ulang ia meneriakkan, namun tak tampak satupun pembeli yang datang kepadanya untuk membeli bantal-bantalnya.
Ingiiiiiin rasanya meringankan beban ibu itu dengan membeli satu buah bantalnya, namun apalah daya, pada saat itu waktu saya untuk berangkat mengajar sudah sangat terbatas, sehingga saya tidak bisa membelinya.
Dalam perjalanan menuju tempat mengajar, airmata saya tak henti-hentinya mengalir, pikiran saya mengawang-awang memikirkan Sang Ibu Penjual Bantal. Bagaimana dagangannya, laku atau tidak? Bagaimana jika tidak laku? Makan apa ibu itu nanti? Apakah ia cukup mempunyai uang untuk membeli makanan berbuka puasa?Bagaimana jika ia tidak bisa membelinya? Bagaimana jika.... Bagaimana jika........
Aaah....saya jadi membayangkan, bagaimana jika ibu tersebut adalah ibu saya. Akankah saya bisa berpikir seperti ini? Ataukah saya hanya menganggapnya sebagai suatu hal yang biasa? Saya tak tahu, saya tak kuasa membayangkannya...

Bersyukur....
Ya, satu kata di atas agaknya cukup untuk menggambarkan bagaimana seharusnya saya menghadapi segala sesuatu. Saya bersyukur, nasib saya (dari segi materi) sedikit lebih baik dari Sang Ibu Penjual Bantal. Saya jadi teringat, betapa banyak nikmat yang Alloh berikan kepada saya, namun sedikit sekali saya mensyukurinya. Mensyukuri nikmat pemberian Alloh, tidak cukup hanya berkata, "Alhamdulillah...". Namun, lebih dari itu, syukur disini adalah bagaimana saya bisa "membalas" nikmat Alloh tersebut dengan menjadi seperti apa yang Alloh inginkan. Tidak mudah memang, tapi saya selalu berusaha untuk itu. Masalah hasil, saya kembalikan kepada Alloh, hanya Dia Yang Berhak Menentukan, apakah amalan saya diterima atau tidak...

Kepada Sang Ibu Penjual Bantal,
Semoga Alloh senantiasa menyertaimu,...
Semoga setiap langkahmu selalu menjadi keberkahan bagimu...
Ibu... Salam sayang dariku untukmu...

Jazakumullohu khoyron katsir.
Wassalamu'alaykum wr.wb.

Rabu, 10 Agustus 2011

Buka Lapak

Bismillah...
Assalamu'alaykum wr.wb.

Pagi yang cerah di bulan Ramadhan. Semalam saya telah membuat suatu keputusan besar dalam hidup saya. What's that? BERDAGANG! Ya, saya mencoba untuk memulai berdagang. Hanya bermodalkan laptop, koneksi internet di rumah (ortu yg bayar ^^), dan teman. Lhah,modal uangnya mana? NOL RUPIAH! Serius! Oleh karena itu, saya tidak menuliskan "uang", tapi "teman" karena modal saya ya teman itu.

Alhamdulillah saya berkawan dengan seorang distributor busana muslim (dagangan saya nih! ^^), jadi gampang aja prosesnya. Mulanya saya cuma jadi pelanggan setia aja, tapi lama-lama kok saya merasakan aura bisnis yg besar ketika melihat barang-barang jualan. Alhasil, saya bantu menjualkan secara offline ke temen2 deket. Alhamdulillah responnya oke.

Habis itu, karena banyaknya temen FB saya yg pedagang, saya kok jadi ikut2an ngelirik yah?Pertamanya sih ngelirik dagangan2 yang MasyaAlloh cantiknya, trz akhirnya kepikiran bwt mengikuti jejak mereka. Lucunya, karena saking gugupnya bikin usaha online (di FB), tangan saya sampe berkeringat dingin & jantung berdebar lebih kencang saat mengupload foto2.hehe...

Hemmm....sedikit pengalaman di atas kira2 ada yg terinspirasi g yah?moga-moga ada.hehe... Okelah, sementara itu dulu. Oia, jangan lupa kunjungi lapak saya yah, di http://www.facebook.com/mega.hapsari, namanya Rumah Jubah Dzakiyyah. Terima kasih atas kunjungannya.

Jazakumullohu khoyron katsir.
Wassalamu'alaykum wr.wb.

Senin, 25 April 2011

Cultural Orientation English Department of IKIP PGRI Semarang 2009 at Yogyakarta (2)

2nd Place: Affandi Museum

Introduction of Affandi Museum
Affandi Museum is laying at Jl. Laksda Adi Sucipto 167, Yogyakarta. This street has a famous name called Solo street because it connects two big cities (that is Yogyakarta and Solo). The museum which is placed at the west of the Gajah Wong river has its wide area for about 3500 are. This area consist of the museum itself and the building used to Affandi's house. The unusual land surface gave an inspiration to Affandi to build unique building on it. The result is, an unique integrated environment planned by him self

First Gallery

The first gallery was finished in 1962 and used for showing room of his works in an exhibition aula . This gallery officially opened in 1974 by Prof. Ida Bagus Mantra who is the General Culture Director in that year. The gallery has a unique shape. Unlike the others museum, this gallery is very simple but has a high taste of arts. Plus, the legendary Affandi's paintings inside this building.

First Gallery

Second Gallery

In 1987, Presiden Soeharto gave a donation to build the second gallery which has 351,5 are. In June 9, 1988, this gallery was officially opened by the Ministry of Culture and Education in that year, Prof. Dr. Fuad Hassan. The architecture of this gallery has a little difference with the first gallery. Finally, this architecture type is non-formally starting to be the standard architecture for this museum. The second gallery consist of Affandi's art works and other famous artists.

Second Gallery

Third Gallery

The third gallery was built by the Affandi's Foundation and finished in 1999. This gallery then officially opened by Sri Sultan Hamengkubuwono X in May 2000. This gallery was built to fulfill the Affandi's last wishes who wants enough place to store his artworks and whole paintings collections. The architecture use the initial 
unique architecture -- a banana leaf shaped roof.
Third Gallery

Affandi's House

As the part of the museum, Affandi's house has a roof shaped like banana leaf. The house which made from woods has two floors. The upper is a Affandi's personal room. As an addition, the down floor is use for refreshing and also has a garage. It is very comfort to enjoy a relax time in the down floor. A relax atmosphere with high artistic environment around you.

Affandi's House


To be continued...

 Salam ^^



Selasa, 19 April 2011

Example of Procedure Text



How to Make Meatball

Social function: To describe how to make meatball through a sequence of steps.
Generic structure: 1. Goal.
         2. Materials/equipment.
         3. Steps.
Goal: How to make meatball.
Materials:
  • 1 kilogram of very fine minced meat (preferably beef)
  • 2 eggs
  • 300 grams of tapioca-flour
  • 4-8 cloves of garlic
  • 1 red onion
  • 1 teaspoon of white pepper
  • 2 teaspoons of salt
Steps:
1.      First of all,mix garlic, red onion, salt, and white pepper in a mortar or mixer.
2.      Second, mix the spice-mixture with the eggs, the tapioca-flour and the minced meat.
3.      After that, add milk and wisk them well.
4.      After that, add a cup of water into the mixture.
5.      Then, use your fingers to smoothen the mixture and keep on working until the mixture soft and smooth.
6.      Then, boil some water in a rather large pot, at least about 2 liters.
7.      Next, start rolling the mixture into small balls.
8.      Finally, put the meatballs into the boiling water. When they float up to the surface of the boiling water, it means  the meatballs are ready to be served.

Linguistic Features:
a)      Focus on generalized  human agents.
b)      Use of simple tense :
When they float up to the surface the meatballs are ready to be served.

c)      Use imperative verb :
-          Mix                        -Wisk
-          Add                       -Turn
-          Heat                      -Put
-          Boil
-          Start

d)     Use mainly of temporal conjunction or sequence :
-          First of all 
-          After that
-          Next
-          Then
-          Next step
-          Finally

e)      Use mainly of material process :
-          Mix                        -Wisk
-          Add                       -Turn
-          Heat                      -Put
-          Boil
-          Start

Salam ^^